Mesjid Hidayatullah Jakarta : Ketika 4 kebudayaan menjadi satu
Howdy,
melanjutkan seri artikel tentang mesjid fenomenal di Jakarta, mesjid ke 4 yang saya kunjungi adalah Mesjid Hidayatullah di Jl. Karet Depan Jakarta Selatan.
Untuk mencapai mesjid ini dari arah Tebet menuju Sudirman melalui Jl Casablanca, sebelum Gedung Sampoerna ada jalan kecil, belok kiri. Ikuti jalan itu sampai ujung, dan mesjid ada disebelah kanan.
Mesjid Hidayatullah dibangun pada tahun 1747 oleh Muhammad Yusuf seorang Betawi. Beliau mendapatkan tanah dari orang Belanda bernama Safir Hands. Keunikan dari Mesjid Hidayatullah adalah mesjid ini tidak mempunyai kubah melengkung sebagaimana umumnya. Justru atap masjid berbentuk seperti atap klenteng dengan gaya atap bersusun. Ini melambangkan kebudayaan Tiongkok/Cina. Budaya Betawi terlihat pada bentuk jendela besar-besar dan pintu serta lubang angin yang juga besar-besar.


Interior dalam masjid ini juga tidak kalah indahnya. Tiang-tiang kayu jati dengan kokoh menyangga bangunan mesjid, mengingatkan kita pada mesjid-mesjid yang ada di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Uniknya, pada setiap tiang kayu tersebut terdapat ukiran tulisan kaligrafi Arab yang sangat indah. Budaya Jawa dan Arab menyatu pada tiang-tiang kayu jati masjid Hidayatullah. Pada mimbar yang juga terbuat dari kayu jati terdapat ukiran kembang melati yang merupakan khas Cina.
Tak kalah uniknya, di halaman masjid ini terdapat kompleks pemakaman kuno para pendiri mesjid dan keluarganya. Makam-makam ini terawat dengan baik, bahkan nama yang tertera pada nisan makam masih dapat terbaca dengan jelas.

Mesjid Hidayatullah sudah beberapa kali mengalami renovasi dan penambahan bangunan baru. Sehingga area menjadi luas dan dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan. Ruangan yang luas dan banyak jendela, membuat suasana terasa sejuk di kompleks mesjid ini. Posisi mesjid yang terletak diantara gedung-gedung bertingkat, membuat angin masuk dari segala arah.

Mesjid ini juga seperti oase ditengah gedung-gedung pencakar langit disekitarnya. Apalagi di bulan puasa, mesjid ini menjadi tempat para pekerja kantor sekitarnya untuk berbuka puasa dan mendirikan sholat magrib. Mesjid Hidayatullah memang selalu menyediakan ta’jil dan hidangan berbuka puasa setiap bulan Ramadhan. Mungkin para pendiri masjid ini tidak pernah menyangka, bahwa mesjid yang mereka dirikan sangat bermanfaat bagi para pekerja kantor yang tinggal jauh diluar Jakarta. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat bagi para pendiri Mesjid Hidayatullah. Aamiin ya Robbal ‘alamiin…

Teman-teman, keberadaan Mesjid Hidayatullah dengan 4 corak budaya yang menyatu didalam bangunannya yaitu : Cina, Betawi, Jawa dan Arab; seperti menunjukkan kepada kita bahwa persatuan itu sangat indah. Apalagi ditengah-tengah kondisi bangsa yang sedang dilanda keresahan oleh isu perpecahan persatuan bangsa.